Sahur On The Road, Berbagi Saat Dini Hari
Oleh: St. Nur Fadhilah Ramdhana M.
Bulan Sya’ban telah berakhir. Itu berarti kita telah memasuki bulan Ramadhan. Bulan Ramadhan adalah suatu bulan yang istimewa karena bulan ini adalah bulan yang paling dinantikan seluruh umat Islam di seluruh dunia. Bulan yang lebih tenar dari bulan-bulan yang lainnya dalam penanggalan Hijriyah. Bahkan bulan Rajab, Dzulhijjah, atau Syawal sekalipun tak berkutik menghadapi kerinduan umat Nabi Muhammad saw tehadap bulan Ramadhan.
Lantas, apa yang membuat umat Islam di seluruh dunia begitu mengelu-elukan bulan Ramadhan? Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menetapkan bahwa bulan Ramadhan adalah bulan yang dipenuhi berkah, rahmat diturunkan, dosa-dosa diampuni, dan do’a-do’a dikabulkan. Selain itu, pada bulan ini, pahala dilipatgandakan menjadi 10 hingga 700 kali lipat. Maka, berlomba-lombalah menunjukkan ketaqwaan dan memperlihatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala segala macam kebaikan pada diri kita. Merugilah mereka yang menyia-nyiakan bulan penuh berkah ini.
Bulan Ramadhan memang terasa amat spesial. Hal ini dikarenakan begitu banyak kegiatan-kegiatan dan amalan-amalan yang hanya sering dilaksanaka di bulan Ramadhan. Kegiatan-kegiatan dan amalan-amalan tersebut seperti puasa, shalat tarawih dan witir. Ada pula peristiwa-peristiwa yang istimewa seperti Nuzulul Qur’an dan malam Lailatul Qadar. Seperti halnya puasa yang lain, puasa Ramadhan juga serupa. Hanya saja, puasa ini dijalankan selama sebulan penuh dan seluruh umat Islam harus menjalankannya, kecuali dalam hal tertentu.
Puasa di bulan Ramadhan berbeda. Walaupun sama-sama menahan lapar, dahaga, nafsu, dan perbuatan-perbuatan tercela, serta diawali dengan sahur dan diakhiri dengan berbuka, namun tetap saja ada perbedaan mendasar antara puasa di bulan Ramadhan dan puasa di bulan-bulan lain. Perbedaan tersebut adalah adanya kebersamaan. Sahur dan berbuka puasa biasanya dilakukan dengan banyak orang dan dalam suasana yang ramai.
Seperti kita ketahui, walaupun hukum sahur hanyalah sunah-yaitu berpahala jika dilakukan dan tidak merugi jika tidak dilakukan-namun sahur tetaplah penting. Sahur memberi semangat dan kemampuan dalam beribadah sebab perut tidak keroncongan sehingga kegiatan-kegiatan tidak terganggu. Yang tidak kalah penting adalah mendorong bersedekah terhadap orang yang meminta pada waktu sahur atau berkumpul bersamanya untuk makan sahur. Dalam hal ini, sahur on the road menjadi endemik baru yang menyerang masyarakat Indonesia khususnya.
Sahur on the road (yang biasa disingkat SOTR) adalah kegiatan soaial yang membagi-bagikan makanan untuk sahur di bulan Ramadhan pada rute tertentu yang dianggap pantas. Sahur on the road adalah istilah bagi mereka yang membagi-bagikan makanan untuk sahur di jalanan yang dilakukan dengan cara pawai kendaraan bermotor. Kegiatan ini awalnya dilakukan oleh kaum muda-mudi. Namun seiring dengan banyaknya keluhan tentang cara mereka melakukan sahur on the road oleh masyarakat luas yang dianggap mengganggu ketertiban umum, kegiatan ini sekarang harus dilaksanakan dengan izin dari kepolisian. Entah siapa yang memulai, yang pastinya tradisi sahur on the road semakin merebak di seluruh Indonesia terkhususnya daerah-daerah kota. Bahkan kota-kota kecil hingga pelosok kabupaten ikut latah dengan tradisi ini. Beberapa tahun terakhir, aktivitas mulia ini mulai banyak dilakukan oleh berbagai kalangan, mulai dari pejabat, selebritis, organisasi tertentu, hingga siswa-siswa sekolah pun tidak mau kalah.
Sahur on the road mengajarkan banyak makna kepada kita. Terkhususnya pahala yang berlipat ganda di bulan penuh berkah ini. Pertama, bersedekah di bulan Ramadhan. Bersedekah yang lebih utama dalam bulan Ramadhan adalah memberi makan kepada orang yang berpuasa. Sahur on the road ini biasanya menyediakan nasi beserta lauk yang dikemas dalam dos-dos makanan yang selanjutnya disebar ke orang-orang yang membutuhkan dan dianggap pantas menerimanya.
Kedua, menghilangkan batasan antara si kaya dan si miskin. Orang yang berkecukupan cenderung mengadakan buka puasa bersama daripada sahur on the road. Walaupun lebih dianjurkan memberi makan kepada orang yang berbuka puasa, namun lambat laun timbul masalah baru. Orang yang berbuka puasa biasanya tidak tepat sasaran. Tidak bisa dipungkiri, masih berlakunya strata sosial di masyarakat Indonesia mengakibatkan masih timbulnya kesenjangan sosial. Sebagai contoh, jika yang mengadakan acara buka puasa adalah seorang pejabat atau sejenisnya, yang hadir tentulah yang setara atau sederajat dengan tuan rumah. Orang-orang yang kurang mampu atau tergolong dhuafa pasti enggan datang dengan alasan tidak pantas. Nah, di sahur on the road, sasaran yang dituju, dimana yang dimaksud disini adalah kaum dhuafa dan fakir miskin lebih terarah Karena langsung berhadapan atau langung ke lokasi yang tergolong base camp kaum sasaran tersebut.
Ketiga, belajar mencintai kaum dhuafa. Syahru Rahmah, Bulan Kasih Sayang adalah nama lain Ramadhan, karena di bulan ini Allah melimpahi hamba-hamba-Nya dengan kasih sayang ekstra. Shiyam Ramadhan menanam benih kasih sayang terhadap orang-orang yang paling lemah di kalangan masyarakat. Faqir miskin, anak-anak yatim dan mereka yang hidup dalam kemelaratan. Rasa cinta kita terhadap mereka seharusnya bertambah dengan dilakukannya aktitas positif ini.
Keempat, turut merasakan kehidupan kaum dhuafa. Dengan langsung turun ke jalan dan berhadapan langsung denga kehidupan nyata mereka, kita dapat merasakan bagaiman susahnya hidup mereka terutama untuk mencari makan.
Kelima, mempererat silaturrahmi dan kebersamaan. Bukan hanya membangun silaturrahmi dengan kaum dhuafa dan fakir miskin, kegiatan ini juga dapat mengakrabkan sesama orang yang melakukan sahur on the road-jika dilakukan oleh organisasi atau semacamnya yang melibatkan banyak orang.
Nah, setelah mengetahui faedah-faedah dari aktivitas sosial yang dijamin mengasyikkan di atas, tidak ada salahnya kita mencoba dan tentu saja tetap dengan maksud menggapai ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala di bulan yang mulia ini. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberi kita kesempatan untuk bertemu bulan Ramadhan berikutnya. Amin.